Laman

Rabu, 02 Maret 2011

Nenek Genit

Seorang nenek genit masuk ke BI (Bank Indonesia) dgn sekoper uang.. Ia minta  dipertemukan dgn GBI (Gubernur BI)

Nenek : "Saya akan buka rekening, dgn simpanan jumlah yg sangat besar!"

Staff BI ragu, tp akhirnya membawa si nenek ke ruangan GBI..

GBI: "Brp banyak uang yg akan disimpan?"

Sambil meletakkan koper uang di meja,
Nenek: "Rp. 1 milyar!! Tunai !!"

Penasaranlah Pak GBI,
GBI: "Maaf, saya agak terkejut.. Dari mana ibu dapat uang tunai sebanyak ini?"

Nenek: "Saya menang tebak-tebakan.."

GBI: "Menebak macam apa, kok taruhannya besar sekali?"

Nenek: "Mau contoh? Saya yakin telur burungmu bentuknya kotak!"

GBI: "Apa?? Ini tebakan paling konyol yg pernah saya dengar.. Anda tak mungkin menang dgn tebakan seperti itu!"

Nenek: "Anda Berani bertaruh?"

GBI: "Siapa takut!! Saya bertaruh Rp. 50juta, krn saya tahu telur saya tdk kotak!"

Nenek: "Ok, ini menyangkut uang gede.. Bisa saya ajak pengacara ke sini besok jam 10 pagi?"

GBI: "Silahkan saja!"

Malamnya GBI, ia berdiri telanjang di depan cermin dan memastikan telurnya tidak kotak.. Sampai akhirnya dia yakin telurnya benar-benar bulat, tidak kotak.. Maka ia yakin besok bakal menang dan mendapatkan Rp. 50juta..

Tepat jam 10.00 pagi, nenek itu dtg dgn pengacara ternama dan terkenal.. Kemudian ia mengulang kesepakatan kemarin..

Nenek: "Rp. 50juta untuk tebakan telur burungmu yg kotak?"

Mengangguk setuju,
GBI: "Okay!!"

Nenek itu minta Gubernur buka celana spy semua bisa melihat bentuk telurnya.. Nenek meraih telur Gubernur dan merabanya...
GBI: "Yah, tak apalah.. Uang Rp. 50juta tidak kecil.. Biar ibu yakin telur saya tdk kotak.."

Pada detik yg sama saat nenek itu meraba telur Gubernur, pengacaranya terlihat lemas sambil membentur-benturkan kepalanya ke dinding..

GBI: "Ada apa dengan pengacara itu?"

Nenek ini menjawab kalem,
Nenek: "Ndak apa2.. Saya cuma bertaruh dengannya Rp.250 juta, bahwa jam 10.00 pagi ini saya bisa memegang telur Gubernur BI..!!"

Berani bertaruh? =D =))=D =)) =D =))=D

SMS terpendek

Pak dan Bu Aan adalah pasangan yang berbahagia, meskipun hidup mereka pas-pasan, kadang Senen-Kemis, kadang Senen-Selasa. Ketika ketiga anak gadis mereka sudah cukup umur, dinikahkanlah ketiganya melawan cowok masing2 dalam satu upacara sederhana. Sesudah itu ketiga pasangan itu diberi tiket pesawat kelas ekonomi-promo untuk berbulan madu. Iin si sulung ke Thailand, Uun ke KL, sedang Een memilih ke Bali.
Oleh orangtua mereka, ketiga anak yang kini pengantin baru itu masing2 dibekali hape murah meriah dengan kartu prabayar paket SMS. Operator seluler yang mereka gunakan memberlakukan tarif SMS murah Rp 1,- per karakter. Karena itu Pak Aan berpesan wanti2 kepada ketiga anaknya agar mereka berkirim kabar dengan SMS, itupun agar dihemat alias diupayakan sesingkat mungkin. Karena Pak & Bu Aan merasa diri mereka pengamat iklan (lebih tepatnya: korban iklan) bahkan sejak siaran "Manasuka Siaran Niaga" disiarkan TVRI di tahun tujuhpuluhan, mereka minta anaknya mengunakan jargon yang ada di jagad periklanan. "Sekaligus tantangan buat kami untuk menemukan
clue atas pesan singkat kalian," ujar Pak Aan yakin.
Hari pertama berlalu, belum ada pesan masuk di SMS inbox.
Hari kedua diterima SMS dari si Iin yang sedang berada pantai Phuket. Pesannya: "Baterai ABCD". Bu Aan hafal di luar kepala, anak kecil juga tahu, dari dulu yang namanya baterai ABCD itu identik dengan "serbaguna", "luarbiasa" dan "tahan lama". Maka kedua suami-isteri itu pun saling memandang dengan senyum dikulum.
Hari ketiga diterima SMS dari Uun dari negerinya Upin & Ipin. Bunyi SMS itu: "Nestcave". Agak lama Pak & Bu Aan menunggu siaran teve yang menayangkan iklan Nestcave. Baru setelah ketemu mereka mafhum yang dimaksud si Uun itu ternyata itu tagline kopi instan yang "nikmatnya hinga tetes terakhir."  Kembali Pak & Bu Aan menghela nafas lega. 
Hari keempat sampai hari keenam, tidak ada SMS masuk. Pak & Bu Aan mulai gelisah. Duh, Een, apa kabarmu, Nak? Mereka pun mengirim SMS ke anak bungsunya itu. Tidak ada respon.
Bahkan hari ke tujuh pun lewat tanpa ada SMS yang ditunggu-tunggu dari si bontot Een..
Baru pada hari ke delapan pagi-pagi sekali, muncul SMS dari si Een jemblem yang rupanya sedang bersepedaria dengan si Doinya di seputaran Uluwatu, setelah gagal melihat terbitnya matahari di sana (lagian mana ada sih
sunrise di pantai yang menghadap ke barat?)
Pesan si Een pun singkat saja: "Emprit Air." Membaca pesan si Een, Pak & Bu Aan berfikir aga
k lama. Emprit Air? Bu Aan berinisiatif meminjam koran lama milik tetangga yang memuat iklan perusahaan penerbangan. Nah, setelah ketemu, baru mereka tahu. Di iklan itu ditulis besar2: "7 Hari Seminggu, 3 X Sehari, 5 Jam Non-Stop."
Oalah, pantesan kalau begitu. Mana sempat Coy……..!